Main Article Content

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan dinamika resiliensi remaja yang pernah mengalami kekerasan orang tua, menjelaskan faktor-faktor yang melatarbelakangi terbentuknya resiliensi tersebut, serta mengetahui dampak yang muncul akibat dari tindak kekerasan yang dialami. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan jenis penelitian fenomenologi. Subjek yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak tiga orang dengan kriteria remaja yang berusia 13 sampai 19 tahun, laki-laki atau perempuan, dan bersedia menjadi subjek penelitian. Penelitian ini menunjukkan bahwa remaja yang pernah menjadi korban kekerasan
orang tua bisa bangkit dari keterpurukannya di masa lalu dan hal tersebut dipengaruhi oleh faktor protektif dan faktor resiko. Faktor protektif berupa karakteristik individu yang kuat dan mau untuk berubah, relasi dan dukungan sosial yang diperoleh, adanya kegiatan bermanfaat yang dilakukan, suasana kehidupan yang berbeda & lebih nyaman, memiliki
minat & bakat, serta memiliki kapasitas untuk belajar. Faktor resiko remaja untuk bisa resiliensi diantaranya kurang adanya kemampuan untuk menjalin hubungan yang baik dengan pelaku kekerasan, belum adanya pemaafan, dan masih ada ketergantungan terhadap masa lalu yang menyakitkan seperti marah, sedih, dan takut ketika teringat tentang kejadian kekerasan yang pernah dialami. Remaja memiliki resiliensi yang terwujud dalam beberapa aspek yaitu remaja memiliki nilai positif dan penilaian yang baik terhadap kehidupan saat ini, perubahan fisik yang lebih baik, memiliki harapan dan bertanggung jawab terhadap kehidupannya sendiri, independent, optimis, memiliki kemampuan dalam memecahkan masalah, memiliki impuls kontrol dan efikasi diri, bisa mengambil pelajaran dari kehidupan, realistis terhadap hal-hal baik yang
bisa dilakukan, serta memliki rasa syukur.

Kata kunci : resiliensi, remaja, kekerasan orang tua

Article Details